Pages

Tuesday, April 19, 2011

Nkosi Johnson "...we are all the same..."

Saya rindu nulis ini, setelah menonton salah satu tayangan sebuah stasiun TV swasta. Saya terinspirasi sosok ini...

Nkosi Johnson lahir di Nonthlanthla Daphne di kota timur Johannesburg, pada tanggal 4 Februari 1989 dan meninggal pada tanggal 1 Juni 2001, seorang anak Afrika Selatan, pengidap HIV positif sejak lahir, dan sama sekali tidak mengetahui siapa ayahnya, yang kemudian diadopsi oleh Gail Johnson.

Nkosi Johnson, meninggal pada usia 12 tahun, juga menjadi anak yang hidup terpanjang sebagai penderita HIV positif, dan menarik perhatian publik ketika pada tahun 1997, sebuah sekolah di pinggiran Johannesburg Melville menolak untuk menerima Nkosi sebagai murid karena status HIV-positif.

Insiden tersebut menyebabkan kehebohan di tingkat tertinggi politik Konstitusi Afrika Selatan, yang melarang diskriminasi atas dasar status medis, akhirnya sekolah menerima Nkosi.

Selama bertahun-tahun kondisi Nkosi terus memburuk selama bertahun-tahun, meskipun dengan bantuan pengobatan dan perawatan, Nkosi mampu menjalani hidup yang cukup aktif di sekolah dan di rumah.

Nkosi adalah pembicara kunci pada Konferensi AIDS Internasional ke-13, di mana ia mendorong orang dengan HIV/AIDS untuk mencari perlakukan yang sama, Nkosi menyelesaikan pidatonya dengan kata-kata

"Care for us and accept us - we are all human beings. We are normal. WE have hands. We have feet. We can walk, we can talk, we have needs just like everyone else - don't be afraid of us - we are all the same!"

Nelson Mandela menyebut Nkosi Johnson sebagai "Ikon Perjuangan untuk Hidup," dan bersama ibu angkatnya, Nkosi mendirikan sebuah tempat perlindungan bagi ibu HIV positif dan anak-anak mereka, bernama Nkosi's Haven, di Johannesburg.

Pada bulan November 2005, Gail Johnson, ayah angkat Nkosi, mewakili putra angkatnya menerima "International Children's Peace Prize" dari tangan Mikhail Gorbachev, serta menerima hadiah uang dari KidsRights Foundation sebesar US$100.000.

Sebuah kisah yang sangat mengharukan dan seluruh Penderita HIV/AIDS di seluruh dunia menangisi kepergian Nkosi Johnson, seorang anak kecil 12 tahun yang terus berjuang selama hidupnya, baik dalam bermasyarakat, maupun perjuangan melawan penyakitnya sendiri. (sakti, sumber Journal KidsRights Foundation)

Kita manusia didunia saling membutuhkan, kita diciptakan untuk saling berbagi satu dengan yang lain, kesempurnaan yang satu melengkapi kekurangan yang lain, dengan demikian kasih Kristus nyata di dalam hidup kita.

No comments:

Post a Comment